irhabi al-mubarok

Bookmark and Share

Jumat, 19 Juni 2009

Islam Tegak Dengan Jihad

Kehadiran dan keberadaan kaum Muslim ditengah kehidupan Manusia dibumi bukanlah sebagai bunga hiasan, yang setelah masa mekarnya usai kemudian layu, lantas musnah. Tidak lebih dari sekadar proses menunggu giliran untuk mati. Tetapi, mereka diutus sebagai manusia terbaik untuk menegakkan kebenaran, dipundaknya terdapat beban berat dan tugas besar serta mulia, yang sekaligus sebagai tugas utamanya, yaitu menegakkan dienullah (Agama Allah) secara bersama-sama mengikuti metode kenabian,bukan mengikuti ijtihad peribadi atau kelompok. Maklumat ini dengan jelas dapat dibaca dalam ayat berikut:
“… Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…” (QS. Asy Syura 42:13)
Sementara, untuk merealisasikan tugas utama itu, selain dengan iman yang benar (mantap) dan ilmu yang mendalam(luas), kekuatan persenjataan tangguh dan dana yang mencukupi, hal yang paling dibutuhkan sebagai syarat penentu adalah keberanian untuk mengatakan kepada yang benar itu adalah benar,dan mengatakan kepada yang batil itu batil dan berjihad menegakkan kebenaran. Tanpa adanya keberanian mengangkat senjata menghalau segala perintang agama Allah, maka sulit dibayangkan dapat meraih kejayaan tegaknya syari’ah Allah dan khilafatul Muslimin hanya dengan dakwah dan tabligh saja. Adalah Rasulullah Saw memulai risalahnya dengan dakwah kepada tauhidullah dan mengakhirinya dengan jihad bil Qital.
Karena itulah, Rasulullah saw begitu bersungguh-sungguh mendidik umatnya untuk menyeimbangkan antara dakwah dan jihad. Penyeimbangan antara kedua pilar tegaknya Islam ini begitu kental terlihat dari perjalanan hidup beliau. Da’wah bil Qur’an teraplikasi benar tatkala beliau masih di Makkah, sedangkan Da’wah bis Saif dimulai, bahkan dilakukan sedemikian intensif semenjak beliau bermukim Madinah. Sebagai bukti, selama 10 tahun di Madinah, tak kurang dari 68 peperangan telah beliau pimpin langsung dan puluhan lain dengan pengiriman ekspedisi (perutusan). Inilah fakta historis betapa untuk menegakkan Islam, kaum Muslimin tidak akan pernah dapat memisahkan misi perjuangannya dengan jihad bis Saif.
Selain itu, kebutuhan akan jihad juga merupakan tabiat Agama Allah, bahwa Islam tidak pernah tegak melainkan dengan dua hal yaitu dengan kitab dan besi. Realitas ini segera kelihatan dengan mentadabbur firman Allah swt:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid, 57:25)
Al Imam Ibnu Taimiyyah menafsirkan ayat tersebut melalui beberapa perspektif,beliau berkata:
Pertama, “Dan sekali-kali tidak akan tegak Dien ini kecuali dengan kitab, mizan (timbangan) dan besi. Kitab sebagai petunjuk dan besi sebagai pembela. Sebagaimana firman Allah, ‘Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami…’. Maka dengan kitab akan tegak ilmu dan dien, sedangkan dengan mizan (neraca) akan tegak hak-hak dan transaksi serta serah terima keuangan, dan dengan besi akan tegak hukum hudud.” (Majmu’ Fatawa XXXV/361)
Kedua, “Dan pedang-pedang kaum muslimin sebagai pembela syari’at ini yang berupa al Kitab dan as Sunnah” sebagaimana yang dikatakan oleh Jabir bin Abdullah, ‘Kami diperintahkan oleh Rasulullah untuk memukul dengan ini, yaitu pedang, orang-orang yang keluar dari ini, yaitu al Qur’an.’” (Majmu’ Fatawa XXV/365)
Ketiga, Sesungguhnya tegaknya dien itu dengan kitab yang menjadi petunjuk dan besi yang menjadi pembela, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah. (Majmu’ Fatawa XXVIII/396, dan lihat Tafsir Ibnu Katsier serta Tafsir al Azhar)
Itulah nash Qur’ani menjelaskan tentang semangat keberanian berjihaqd dengan besi,berikut berdasarkan ucapan beliau:
Dari Ibnu Umar ra berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, sehingga Allah ta’ala sajalah yang diibadahi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku dan dijadikan hina serta rendah atas orang yang menyelisihi perintahku, dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad no: 4869, 5409)
Adapun orang-orang yang menyangka bahwa kehidupan jihad hanya semata-mata memerangi suatu kaum, atau pergulatan demi mempertahankan hidup atau mengusir musuh yang menguasai sejengkal tanah, maka mereka dapat dipastikan belum memahami tabiat agama ini. Karena sesungguhnya jihad merupakan tugas wajib yang tergantung di leher setiap Muslim. Tidak ada jalan menghindar dari kewajiban ini, terlebih untuk masa sekarang dimana keberanian berjihad mutlak di butuhkan. Bahkan, kewajiban jihad lebih didahulukan atas shalat dan puasa sebagaimana perkataan Ibnu Taimiyyah:
“Tiada sesuatu yang lebih wajib hukumnya setelah iman kepada Allah daripada menolak musuh yang menyerang kehormatan dan agama.” (Majmuu’ al Fatawaa, Ibnu Taimiyyah juz 4, hal. 184)
Artinya, jihad itu didahulukan atas shalat, puasa, zakat dan haji serta kewajiban-kewajiban yang lainnya. Jika berbenturan antara kewajiban jihad dan haji, maka hendaklah kewajiban jihad didahulukan. Apabila kewajiban jihad dan shalat berbenturan; maka kewajiban shalat ditangguhkan sebentar, atau diqashar, atau dipersingkat, atau berubah bentuk dan keadaannya demi menyesuaikan dengan jihad. Karena menghentikan jihad sejenak, sama dengan menghentikan gerak laju Agama Allah ‘Azza wa Jalla.
Jihad merupakan perkara yang sangat penting, karena itu setiap diri dari kita harus menjadi pelopor-pelopor kaum muslimin dan sekaligus perwira ummat ini. Kita adalah perintis kebangkitan di negeri dan wilayah dimana kaki kita dipijakkan. Kita juga laksana detonator (sumbu api) yang siap meledakkan meriam-meriam perjuangan. Sesungguhnya explosive (bahan peledak) yang tidak bekerja (non aktif) membutuhkan detonator. Dan kalian adalah detonator-detonator itu dengan izin Allah. Beribu-ribu ton bahan explosive tanpa ada detonator yang kecil ini tidak akan berarti apa pun, tidak akan bernilai, laksana sayap nyamuk yang begitu kecil tetapi membawa manfaat yang besar bagi si nyamuk. Oleh karena itu, janganlah anda berputus asa atau merasa gentar, apalagi kecewa dalam mngemban tugas yang maha berat ini.
Allah swt berfirman:
“… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Qs. Yusuf, 12: 87)
Antum adalah rijal (lelaki sejati) pilihan Allah. Maka pancangkanlah di hadapan antum bahwa jihad adalah risalah, misi dan kewajiban hidup sampai antum bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla kelak. Seluruh kaum Muslimin di muka bumi ini akan terbeban dosa selama masih terdapat sejengkal bumi Islam yang berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir. Dan setiap Muslim akan dihisab (diminta pertanggung-jawabannya) tentang negeri Andalusia (Spanyol), akan dihisab tentang jatuhnya Afghanistan dan negeri Asia Tengah yang lainnya seperti Palestina, Philipina, Turki dan negara-negara Islam yang berada dibawah cengkeraman musuh. Dan anda tak akan dapat lari dari pertanggung jawaban membela ummat Islam yang sedang teraniaya dan dizalimi oleh kaum kuffar di negara antum sendiri sekarang ini yaitu Indonesia. Apakah antum menanti datangnya bantuan para mujahidin dari luar sedang anda tengah berpangku tangan membiarkan merajalelanya kezaliman konspirasi Kristen dan Yahudi internasional untuk memusnahkan Islam dan ummatnya? Mengapa antum tidak bangkit mempertahankan kehormatan kaum Muslimin serta membela dan melindungi golongan mustadh’afin?
Firman Allah:
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!.” (Qs. An Nisaa’, 4: 75)
Sesungguhnya jihad tidak mungkin akan tegak kecuali memenuhi dua syarat yang asas dan pokok. Pertama, sabar yang membuahkan keberanian jitu, terpahat dalam hati dan diikuti oleh seluruh anggota badan. Kedua, dermawan yaitu kesiapan mengorbankan hal yang paling berharga dari diri kita, yaitu jiwa raga, keluarga dan harta.
Kedua syarat tersebut hampir hilang dari kehidupan ummat Islam hari ini, karena tergeser oleh sifat pengecut dan rasa takut. Sementara itu, kehebatan dan ketinggian martabatnya telah tercabut dari hati-hati musuhnya. Keadaan mereka tidak lebih bernilai dari buih di atas banjir besar, tiada nilai dan kualitas. Rasulullah bersabda:
“Hampir semua ummat mengerumuni kamu dari seluruh penjuru, sebagaimana makanan di atas pinggan (piring). Seorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah karena jumlah kami yang sedikit pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Tidak! (bahkan jumlah kamu banyak), tetapi kamu bagaikan buih, sebagaimana buih di atas air bah. Ia jadikan Wahn di dalam hati kamu, dan dicabut rasa takut pada musuh kamu, karena kamu cinta dunia dan takut mati”. Dalam riwayat lain, mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Beliau menjawab, “Cintamu terhadap dunia, dan bencimu kepada perang.” (HR Abu Dawud no. 3745; Ahmad no. 8356, 21363)
Terlalu cinta kepada kehidupan dunia dan takut berjihad adalah puncak tragedi kebinasaan ummat Islam sepanjang masa. Dan kehinaan itu tidak akan hilang sehingga ummat Islam kembali kepada ajaran jihad yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau bersabda:
“Bila kamu berjual?beli dengan ‘inah (dengan cara riba dan penipuan), mengikuti ekor?ekor sapi, menyukai bercocok tanam, dan kamu meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan ke atas kamu yang tidak akan dicabut sehingga kamu kembali kepada agamamu.” (HR Ahmad no: 4765, 5304; Abu Dawud 3003, Lihat Nailul Authar, 5/318; dan Silsilah al Ahaadits ash Shahihah, al?Albani – no: 10, 11).
Wahai para pejuang Islam di seluruh belahan bumi Allah, semut-semut akan melaknat anda karena enggan berangkat jihad. Dan ikan di laut hanya memintakan ampunan bagi mereka yang mau berjihad saja. Sebab mereka lah yang mengajarkan kebajikan kepada manusia, serta menjaga dan melindungi kebajikan itu dengan pedang, ruh dan darah mereka. Maukah anda sekiranya seluruh makhluq yang ada di daratan dan lautan melaknat anda karena lari dari tugas murni ini?
Firman Allah swt:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati.” (Qs. Al Baqarah, 2: 159)
Bebaskanlah diri anda dari segala belenggu nafsu yang mengajak kepada kejahatan atau dunia beserta kenikmatannya yang sementara, melambai-lambai tangan merayu agar antum mundur dari jalan ini. Bersihkanlah hati dan niat dari segala keterikatan di muka bumi ini. Sayyid Quthb dan Abul Hasan Ali an Nadwi mengatakan tentang orang-orang Salaf, tentang orang-orang pilihan, tentang generasi sahabat yang mulia, generasi yang unik, melalui kata-katanya: “Tatkala jiwa mereka telah bersih dari segala keterikatan, dan Allah mengetahui bahwa mereka tidak mempunyai keinginan di permukaan bumi ini, hingga agama ini menang di tangan mereka, namun jiwa mereka tetap tidak pernah kembali bergantung ke atas kemenangan tersebut. Tatkala Allah mengetahui semua ini dari mereka, maka tahulah Dia bahwa mereka telah siap dipercaya mengemban Syari’ah Nya. Lalu Allah pun menjadikan mereka sebagai penguasa di atas bumi dan mengokohkan Dien mereka yang telah diridhai-Nya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah:
“Sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur (kitab-kitab yang Kami turunkan) sudah tercantum (pada lauhul Mahfudz) bahwasanya, bumi ini akan turun diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.” (Qs. Al Anbiyaa’, 21: 105)
Ingatlah, bahwa sekiranya kita mendapatkan kemenangan karena berjihad pada jalan-Nya, maka Allah akan mengurniakan pahala-Nya yang berlipat ganda sedang kita tidak akan dirugikan walau seberat zarah pun. Dan seandainya kita belum menemui kemenangan, Allah tetap akan memelihara agama-Nya sehingga datangnya kiamat, sedang kita tetap mendapat karunia-Nya dan tidak akan dirugikan. Hanyalah tugas kita untuk tetap sabar dan istiqomah di jalan Jihad sehingga hanya datang dua ketentuan yaitu kita syahid karenanya atau menang dalam kemuliaan. Setiap langkah kaki kita di dunia akan menjadikan neraca timbangan di akhirat terangkat, maka sesungguhnya pahala itu akan diletakkan di neraca timbangan akhirat.
Pena yang menguntai kata membentuk bahasa untuk menyeru manusia kembali kepada al-Haq pasti akan terus mengalir pahalanya. Seruan dari lisan para da’i yang tak henti-hentinya menyampaikan da’wah juga pasti akan mendapat balasan yang berlipat ganda.
Dan kepada para alim ulama khususnya, marilah bersama merenungkan hadits ini, yang selanjutnya tampil menjadi pembawa obor dan cahaya kebenaran bagi segenap lapisan masyarakat dan memimpin para mujahidin berperang di medan laga sehingga memperoleh salah satu di antara dua, hidup mulia di bawah naungan Syari’ah Allah atau syahid di jalan-Nya.
Ibnu Abbas Ra. berkata, bahwa Rasulullah bersabda:
“Sedekat-dekat manusia dengan derajat kenabian ialah Ahli Ilmu dan Ahli Jihad. Adapun Ahli Ilmu mereka menunjukkan kepada manusia atas apa yang dibawa oleh para Rasul dan adapun Ahli Jihad mereka berjihad dengan pedang-pedang mereka atas apa yang dibawa oleh para Rasul.” (HR Abu Na’im. Ihyaa’ ‘Ulumuddin 1/16).
Inilah Imam an Nawawi, seorang ulama dan mujahid yang unggul. Beliau menghabiskan sebagian besar hidupnya di negeri Syam. Namun demikian beliau tidak pernah memakan buah-buahan di negeri tersebut. Tatkala orang-orang menanyakan kepadanya: “Mengapa Tuan tidak makan buah-buahan negeri Syam?” Maka beliau menjawab: “Di sana ada kebun-kebun wakaf yang telah hilang. Maka saya khawatir makan buah-buahan dari kebun-kebun itu.”
Oleh karena itu, hati mereka bagaikan hati singa dan jiwa mereka laksana jiwa pendeta. Mereka laksana pendeta di malam hari dan bagaikan ksatria berkuda di siang hari. Mereka tak sudi berhenti di depan rintangan. Halangan dan rintangan yang bagaimana pun tingginya dan bagaimana pun sukarnya akan mereka terobos dan mereka lompati.
Tatkala tentara Tartar menyerbu negeri Syam, Zhahir Bebres berkata: “Saya menghendaki fatwa dari kalian wahai para ulama agar saya dapat menghimpun dana untuk membeli senjata guna menghadapi serangan bangsa Tartar. Maka seluruh ulama memberikan fatwa seperti yang diminta oleh Zhahir Bebres kecuali seorang. Dia adalah Muhyiddin an Nawawi. Zhahir bertanya: “Mana tanda tangan Nawawi?” Mereka menjawab: “Dia menolak memberikan tanda tangan…”
Lalu Zhahir mengutus seorang untuk menjemputnya. Setelah Imam Nawawi datang, Zhahir bertanya: “Kenapa anda mencegah saya mengumpulkan dana untuk mengusir serangan musuh. Serangan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin?” Imam Nawawi menjawab: “Ketahuilah, dahulu engkau datang pada kami hanya sebagai budak. Dan sekarang saya melihatmu mempunyai banyak istana, pelayan lelaki dan wanita, emas, tanah, dan perkebunan. Jika semua itu telah engkau jual untuk membeli senjata, kemudia sesudahnya engkau masih memerlukan dana untuk mempersiapkan pasukan Muslimin, maka saya akan memberikan fatwa kepadamu…”
Zhahir Bebres amat marah mendengar ucapan Imam Nawawi, maka dia berkata: “Keluarlah engkau dari negeri Syam.” Lalu beliau keluar dari Syam dan menetap di rumahnya yang asli di desa Nawa. Pengusiran Imam Nawawi menimbulkan kemarahan para ulama, mereka datang menemui Zhahir Bebres dan berkata: “Kami tak mampu hidup tanpa kehadiran Imam Nawawi.”
Maka Zhahir pun mengatakan: “Kembalikanlah dia ke Syam.” Selanjutnya mereka pergi ke Nawa untuk membawa balik Imam Nawawi ke Syam. Akan tetapi Imam Nawawi menolak ajakan mereka seraya mengatakan: “Demi Allah, saya tidak akan masuk negeri Syam selama Zhahir Bebres masih ada di sana.” Akhirnya Allah memperkenankan sumpahnya, Zhahir mati sebulan sesudah beliau mengucapkan sumpah. Maka kembalilah Imam Nawawi ke negeri Syam. Semoga Allah merahmatinya karena keikhlasannya dan keberaniannya. (Syarah Arba’in: Imam An Nawawi)

Kehadiran dan keberadaan kaum Muslim ditengah kehidupan Manusia dibumi bukanlah sebagai bunga hiasan, yang setelah masa mekarnya usai kemudian layu, lantas musnah. Tidak lebih dari sekadar proses menunggu giliran untuk mati. Tetapi, mereka diutus sebagai manusia terbaik untuk menegakkan kebenaran, dipundaknya terdapat beban berat dan tugas besar serta mulia, yang sekaligus sebagai tugas utamanya, yaitu menegakkan dienullah (Agama Allah) secara bersama-sama mengikuti metode kenabian,bukan mengikuti ijtihad peribadi atau kelompok. Maklumat ini dengan jelas dapat dibaca dalam ayat berikut:

“… Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…” (QS. Asy Syura 42:13)

Sementara, untuk merealisasikan tugas utama itu, selain dengan iman yang benar (mantap) dan ilmu yang mendalam(luas), kekuatan persenjataan tangguh dan dana yang mencukupi, hal yang paling dibutuhkan sebagai syarat penentu adalah keberanian untuk mengatakan kepada yang benar itu adalah benar,dan mengatakan kepada yang batil itu batil dan berjihad menegakkan kebenaran. Tanpa adanya keberanian mengangkat senjata menghalau segala perintang agama Allah, maka sulit dibayangkan dapat meraih kejayaan tegaknya syari’ah Allah dan khilafatul Muslimin hanya dengan dakwah dan tabligh saja. Adalah Rasulullah Saw memulai risalahnya dengan dakwah kepada tauhidullah dan mengakhirinya dengan jihad bil Qital.

Karena itulah, Rasulullah saw begitu bersungguh-sungguh mendidik umatnya untuk menyeimbangkan antara Dakwah dan Jihad. Penyeimbangan antara kedua pilar tegaknya Islam ini begitu kental terlihat dari perjalanan hidup beliau. Da’wah bil Qur’an teraplikasi benar tatkala beliau masih di Makkah, sedangkan Da’wah bis Saif dimulai, bahkan dilakukan sedemikian intensif semenjak beliau bermukim Madinah. Sebagai bukti, selama 10 tahun di Madinah, tak kurang dari 68 peperangan telah beliau pimpin langsung dan puluhan lain dengan pengiriman ekspedisi (perutusan). Inilah fakta historis betapa untuk menegakkan Islam, kaum Muslimin tidak akan pernah dapat memisahkan misi perjuangannya dengan jihad bis Saif.

Selain itu, kebutuhan akan jihad juga merupakan tabiat Agama Allah, bahwa Islam tidak pernah tegak melainkan dengan dua hal yaitu dengan kitab dan besi. Realitas ini segera kelihatan dengan mentadabbur firman Allah swt:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid, 57:25)

Al Imam Ibnu Taimiyyah menafsirkan ayat tersebut melalui beberapa perspektif,beliau berkata:

Pertama, “Dan sekali-kali tidak akan tegak Dien ini kecuali dengan kitab, mizan (timbangan) dan besi. Kitab sebagai petunjuk dan besi sebagai pembela. Sebagaimana firman Allah, ‘Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami…’. Maka dengan kitab akan tegak ilmu dan dien, sedangkan dengan mizan (neraca) akan tegak hak-hak dan transaksi serta serah terima keuangan, dan dengan besi akan tegak hukum hudud.” (Majmu’ Fatawa XXXV/361)

Kedua, “Dan pedang-pedang kaum muslimin sebagai pembela syari’at ini yang berupa al Kitab dan as Sunnah” sebagaimana yang dikatakan oleh Jabir bin Abdullah, ‘Kami diperintahkan oleh Rasulullah untuk memukul dengan ini, yaitu pedang, orang-orang yang keluar dari ini, yaitu al Qur’an.’” (Majmu’ Fatawa XXV/365)

Ketiga, Sesungguhnya tegaknya dien itu dengan kitab yang menjadi petunjuk dan besi yang menjadi pembela, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah. (Majmu’ Fatawa XXVIII/396, dan lihat Tafsir Ibnu Katsier serta Tafsir al Azhar)

Itulah nash Qur’ani menjelaskan tentang semangat keberanian berjihaqd dengan besi,berikut berdasarkan ucapan beliau:

Dari Ibnu Umar ra berkata, Rasulullah saw bersabda:

“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, sehingga Allah ta’ala sajalah yang diibadahi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku dan dijadikan hina serta rendah atas orang yang menyelisihi perintahku, dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad no: 4869, 5409)

Adapun orang-orang yang menyangka bahwa kehidupan jihad hanya semata-mata memerangi suatu kaum, atau pergulatan demi mempertahankan hidup atau mengusir musuh yang menguasai sejengkal tanah, maka mereka dapat dipastikan belum memahami tabiat agama ini. Karena sesungguhnya jihad merupakan tugas wajib yang tergantung di leher setiap Muslim. Tidak ada jalan menghindar dari kewajiban ini, terlebih untuk masa sekarang dimana keberanian berjihad mutlak di butuhkan. Bahkan, kewajiban jihad lebih didahulukan atas shalat dan puasa sebagaimana perkataan Ibnu Taimiyyah:

“Tiada sesuatu yang lebih wajib hukumnya setelah iman kepada Allah daripada menolak musuh yang menyerang kehormatan dan agama.” (Majmuu’ al Fatawaa, Ibnu Taimiyyah juz 4, hal. 184)

Artinya, jihad itu didahulukan atas shalat, puasa, zakat dan haji serta kewajiban-kewajiban yang lainnya. Jika berbenturan antara kewajiban jihad dan haji, maka hendaklah kewajiban jihad didahulukan. Apabila kewajiban jihad dan shalat berbenturan; maka kewajiban shalat ditangguhkan sebentar, atau diqashar, atau dipersingkat, atau berubah bentuk dan keadaannya demi menyesuaikan dengan jihad. Karena menghentikan jihad sejenak, sama dengan menghentikan gerak laju Agama Allah ‘Azza wa Jalla.

Jihad merupakan perkara yang sangat penting, karena itu setiap diri dari kita harus menjadi pelopor-pelopor kaum muslimin dan sekaligus perwira ummat ini. Kita adalah perintis kebangkitan di negeri dan wilayah dimana kaki kita dipijakkan. Kita juga laksana detonator (sumbu api) yang siap meledakkan meriam-meriam perjuangan. Sesungguhnya explosive (bahan peledak) yang tidak bekerja (non aktif) membutuhkan detonator. Dan kalian adalah detonator-detonator itu dengan izin Allah. Beribu-ribu ton bahan explosive tanpa ada detonator yang kecil ini tidak akan berarti apa pun, tidak akan bernilai, laksana sayap nyamuk yang begitu kecil tetapi membawa manfaat yang besar bagi si nyamuk. Oleh karena itu, janganlah anda berputus asa atau merasa gentar, apalagi kecewa dalam mngemban tugas yang maha berat ini.

Allah swt berfirman:

“… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Qs. Yusuf, 12: 87)

Antum adalah rijal (lelaki sejati) pilihan Allah. Maka pancangkanlah di hadapan antum bahwa jihad adalah risalah, misi dan kewajiban hidup sampai antum bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla kelak. Seluruh kaum Muslimin di muka bumi ini akan terbeban dosa selama masih terdapat sejengkal bumi Islam yang berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir. Dan setiap Muslim akan dihisab (diminta pertanggung-jawabannya) tentang negeri Andalusia (Spanyol), akan dihisab tentang jatuhnya Afghanistan dan negeri Asia Tengah yang lainnya seperti Palestina, Philipina, Turki dan negara-negara Islam yang berada dibawah cengkeraman musuh. Dan anda tak akan dapat lari dari pertanggung jawaban membela ummat Islam yang sedang teraniaya dan dizalimi oleh kaum kuffar di negara antum sendiri sekarang ini yaitu Indonesia. Apakah antum menanti datangnya bantuan para mujahidin dari luar sedang anda tengah berpangku tangan membiarkan merajalelanya kezaliman konspirasi Kristen dan Yahudi internasional untuk memusnahkan Islam dan ummatnya? Mengapa antum tidak bangkit mempertahankan kehormatan kaum Muslimin serta membela dan melindungi golongan mustadh’afin?

Firman Allah:

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!.” (Qs. An Nisaa’, 4: 75)

Sesungguhnya jihad tidak mungkin akan tegak kecuali memenuhi dua syarat yang asas dan pokok. Pertama, sabar yang membuahkan keberanian jitu, terpahat dalam hati dan diikuti oleh seluruh anggota badan. Kedua, dermawan yaitu kesiapan mengorbankan hal yang paling berharga dari diri kita, yaitu jiwa raga, keluarga dan harta.

Kedua syarat tersebut hampir hilang dari kehidupan ummat Islam hari ini, karena tergeser oleh sifat pengecut dan rasa takut. Sementara itu, kehebatan dan ketinggian martabatnya telah tercabut dari hati-hati musuhnya. Keadaan mereka tidak lebih bernilai dari buih di atas banjir besar, tiada nilai dan kualitas. Rasulullah bersabda:

“Hampir semua ummat mengerumuni kamu dari seluruh penjuru, sebagaimana makanan di atas pinggan (piring). Seorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah karena jumlah kami yang sedikit pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Tidak! (bahkan jumlah kamu banyak), tetapi kamu bagaikan buih, sebagaimana buih di atas air bah. Ia jadikan Wahn di dalam hati kamu, dan dicabut rasa takut pada musuh kamu, karena kamu cinta dunia dan takut mati”. Dalam riwayat lain, mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Beliau menjawab, “Cintamu terhadap dunia, dan bencimu kepada perang.” (HR Abu Dawud no. 3745; Ahmad no. 8356, 21363)

Terlalu cinta kepada kehidupan dunia dan takut berjihad adalah puncak tragedi kebinasaan ummat Islam sepanjang masa. Dan kehinaan itu tidak akan hilang sehingga ummat Islam kembali kepada ajaran jihad yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau bersabda:

“Bila kamu berjual?beli dengan ‘inah (dengan cara riba dan penipuan), mengikuti ekor?ekor sapi, menyukai bercocok tanam, dan kamu meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan ke atas kamu yang tidak akan dicabut sehingga kamu kembali kepada agamamu.” (HR Ahmad no: 4765, 5304; Abu Dawud 3003, Lihat Nailul Authar, 5/318; dan Silsilah al Ahaadits ash Shahihah, al?Albani – no: 10, 11).

Wahai para pejuang Islam di seluruh belahan bumi Allah, semut-semut akan melaknat anda karena enggan berangkat jihad. Dan ikan di laut hanya memintakan ampunan bagi mereka yang mau berjihad saja. Sebab mereka lah yang mengajarkan kebajikan kepada manusia, serta menjaga dan melindungi kebajikan itu dengan pedang, ruh dan darah mereka. Maukah anda sekiranya seluruh makhluq yang ada di daratan dan lautan melaknat anda karena lari dari tugas murni ini?

Firman Allah swt:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati.” (Qs. Al Baqarah, 2: 159)

Bebaskanlah diri anda dari segala belenggu nafsu yang mengajak kepada kejahatan atau dunia beserta kenikmatannya yang sementara, melambai-lambai tangan merayu agar antum mundur dari jalan ini. Bersihkanlah hati dan niat dari segala keterikatan di muka bumi ini. Sayyid Quthb dan Abul Hasan Ali an Nadwi mengatakan tentang orang-orang Salaf, tentang orang-orang pilihan, tentang generasi sahabat yang mulia, generasi yang unik, melalui kata-katanya: “Tatkala jiwa mereka telah bersih dari segala keterikatan, dan Allah mengetahui bahwa mereka tidak mempunyai keinginan di permukaan bumi ini, hingga agama ini menang di tangan mereka, namun jiwa mereka tetap tidak pernah kembali bergantung ke atas kemenangan tersebut. Tatkala Allah mengetahui semua ini dari mereka, maka tahulah Dia bahwa mereka telah siap dipercaya mengemban Syari’ah Nya. Lalu Allah pun menjadikan mereka sebagai penguasa di atas bumi dan mengokohkan Dien mereka yang telah diridhai-Nya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah:

“Sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur (kitab-kitab yang Kami turunkan) sudah tercantum (pada lauhul Mahfudz) bahwasanya, bumi ini akan turun diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.” (Qs. Al Anbiyaa’, 21: 105)

Ingatlah, bahwa sekiranya kita mendapatkan kemenangan karena berjihad pada jalan-Nya, maka Allah akan mengurniakan pahala-Nya yang berlipat ganda sedang kita tidak akan dirugikan walau seberat zarah pun. Dan seandainya kita belum menemui kemenangan, Allah tetap akan memelihara agama-Nya sehingga datangnya kiamat, sedang kita tetap mendapat karunia-Nya dan tidak akan dirugikan. Hanyalah tugas kita untuk tetap sabar dan istiqomah di jalan Jihad sehingga hanya datang dua ketentuan yaitu kita syahid karenanya atau menang dalam kemuliaan. Setiap langkah kaki kita di dunia akan menjadikan neraca timbangan di akhirat terangkat, maka sesungguhnya pahala itu akan diletakkan di neraca timbangan akhirat.

Pena yang menguntai kata membentuk bahasa untuk menyeru manusia kembali kepada al-Haq pasti akan terus mengalir pahalanya. Seruan dari lisan para da’i yang tak henti-hentinya menyampaikan da’wah juga pasti akan mendapat balasan yang berlipat ganda.

Dan kepada para alim ulama khususnya, marilah bersama merenungkan hadits ini, yang selanjutnya tampil menjadi pembawa obor dan cahaya kebenaran bagi segenap lapisan masyarakat dan memimpin para mujahidin berperang di medan laga sehingga memperoleh salah satu di antara dua, hidup mulia di bawah naungan Syari’ah Allah atau syahid di jalan-Nya.

Ibnu Abbas Ra. berkata, bahwa Rasulullah bersabda:

“Sedekat-dekat manusia dengan derajat kenabian ialah Ahli Ilmu dan Ahli Jihad. Adapun Ahli Ilmu mereka menunjukkan kepada manusia atas apa yang dibawa oleh para Rasul dan adapun Ahli Jihad mereka berjihad dengan pedang-pedang mereka atas apa yang dibawa oleh para Rasul.” (HR Abu Na’im. Ihyaa’ ‘Ulumuddin 1/16).

Inilah Imam an Nawawi, seorang ulama dan mujahid yang unggul. Beliau menghabiskan sebagian besar hidupnya di negeri Syam. Namun demikian beliau tidak pernah memakan buah-buahan di negeri tersebut. Tatkala orang-orang menanyakan kepadanya: “Mengapa Tuan tidak makan buah-buahan negeri Syam?” Maka beliau menjawab: “Di sana ada kebun-kebun wakaf yang telah hilang. Maka saya khawatir makan buah-buahan dari kebun-kebun itu.”

Oleh karena itu, hati mereka bagaikan hati singa dan jiwa mereka laksana jiwa pendeta. Mereka laksana pendeta di malam hari dan bagaikan ksatria berkuda di siang hari. Mereka tak sudi berhenti di depan rintangan. Halangan dan rintangan yang bagaimana pun tingginya dan bagaimana pun sukarnya akan mereka terobos dan mereka lompati.

Tatkala tentara Tartar menyerbu negeri Syam, Zhahir Bebres berkata: “Saya menghendaki fatwa dari kalian wahai para ulama agar saya dapat menghimpun dana untuk membeli senjata guna menghadapi serangan bangsa Tartar. Maka seluruh ulama memberikan fatwa seperti yang diminta oleh Zhahir Bebres kecuali seorang. Dia adalah Muhyiddin an Nawawi. Zhahir bertanya: “Mana tanda tangan Nawawi?” Mereka menjawab: “Dia menolak memberikan tanda tangan…”

Lalu Zhahir mengutus seorang untuk menjemputnya. Setelah Imam Nawawi datang, Zhahir bertanya: “Kenapa anda mencegah saya mengumpulkan dana untuk mengusir serangan musuh. Serangan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin?” Imam Nawawi menjawab: “Ketahuilah, dahulu engkau datang pada kami hanya sebagai budak. Dan sekarang saya melihatmu mempunyai banyak istana, pelayan lelaki dan wanita, emas, tanah, dan perkebunan. Jika semua itu telah engkau jual untuk membeli senjata, kemudia sesudahnya engkau masih memerlukan dana untuk mempersiapkan pasukan Muslimin, maka saya akan memberikan fatwa kepadamu…”

Zhahir Bebres amat marah mendengar ucapan Imam Nawawi, maka dia berkata: “Keluarlah engkau dari negeri Syam.” Lalu beliau keluar dari Syam dan menetap di rumahnya yang asli di desa Nawa. Pengusiran Imam Nawawi menimbulkan kemarahan para ulama, mereka datang menemui Zhahir Bebres dan berkata: “Kami tak mampu hidup tanpa kehadiran Imam Nawawi.”

Maka Zhahir pun mengatakan: “Kembalikanlah dia ke Syam.” Selanjutnya mereka pergi ke Nawa untuk membawa balik Imam Nawawi ke Syam. Akan tetapi Imam Nawawi menolak ajakan mereka seraya mengatakan: “Demi Allah, saya tidak akan masuk negeri Syam selama Zhahir Bebres masih ada di sana.” Akhirnya Allah memperkenankan sumpahnya, Zhahir mati sebulan sesudah beliau mengucapkan sumpah. Maka kembalilah Imam Nawawi ke negeri Syam. Semoga Allah merahmatinya karena keikhlasannya dan keberaniannya. (Syarah Arba’in: Imam An Nawawi)

Wallahu’alam bish showab…

Read More......

tiga calon penghuni neraka

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat; anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dayyuts yaitu kepala rumah tangga membiarkan kemungkaran dalam rumah tangganya.” (HR. Nasa’I 5: 80-81; hakim 1: 72, 4: 146-147; Baihaqi 10: 226 dan Ahmad 2: 134)

Ajaran Islam adalah ajaran yang sesuai dengan fitrah manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia kemudian memberikan kepada mereka petunjuk agar selamat di dunia dan akhirat. Petunjuk yang diberikan tersebut berupa Al-Qur’an dan Sunnah Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang harus ditaati dan diamalkan.

Barangsiapa yang menyimpang dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya serta mengabaikan perintah dan larangan-Nya akan memperoleh adzab. Allah Yang Maha Adil berkuasa memasukkan menusia ke dalam Surga atau Neraka, tergantung dari amal perbuatan mereka. Bila ada yang dimasukkan-Nya ke dalam Neraka maka halitu adalah berdasarkan keadilan-Nya, Dia sekali-kali tidak berbuat zalim kepada hamba-hamba-Nya.

Perintah dan larangan Allah kepada manusia pada hakikatnya adalah demi kemashlahatan menusia itu sendiri. Kendatipun demikian, masih ada saja di antara manusia yang mengabaikan peringatan dan ancaman Allah itu. Maka sudah selayaknya bila Allah menimpakan hukuman akibat perbuatan mereka.

Di antara sekian banyak larangan Allah yang harus dijatuhi dan haram dikerjakan ialah:

a. Durhaka kepada Kedua Orang Tua

Banyak ayat al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menrengkan kewajiban berbakti kepada orang tua. Hal ini menunjukkan betapa agungnya hak mereka dan haram mendurhakai mereka. Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janagnlah sekali-kali kamu mengucapkan ‘Ah’ dan janganlah kamu membentakmereka, akan tetapi ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan kasih saying, serta ucapkan: ‘wahai rabbku kasihanilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidik aku di waktu kecil.’” (QS. al-Isra’: 23-24)

Berdasarkan ayat di atas, ayah dan ibu adalah orang yang wajib ditaati sesudah Allah dan Rasul-Nya. Kebaikan mereka, khususnya ibu kepada anaknya, tidak dapat dinilai dengan materi. Ibu mengandungnya dengan susah payah, kemudian melahirkannya juga dengan susah payah dan terkadang harus berhadapan dengan maut, menyusui dalam masa berbulan-bulan, bekerja siang dan malam bahkan terkadang harus bengun di tengah malam demi menemani anaknya yang sakit pada saat manusia sedang tidur nyenyak.

Kedua orang tua merasa bertanggungjawab memelhara, mendidik, dan mencari nafkah untuk anak-anak mereka. Mereka pun akan merasa gembira ketika anaknya mendapatkan kesenangan, dan menangis serta bersedih bila si anak mendapatklan musibah. Kedua orang tua selalu memikirkan kabahagiaan masa depan si anak.

Kalaupun ada orang tua yang buruk akhlaknya, maka mereka tidak ingin anaknya rusak seperti keadaan mereka. Mereka pun tetap berharap agar anak-anak mereka menjadi anak yang shalih. Hal ini merupakan fitrah manusia.

Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya mewajibkan kepada setiap anak agar:
· Berbuat baik kepada kedua orang tua
· Bersyukur kepada Allah dan kepada mereka
· Berlaku lemah lembut kepada mereka
· Berkata perkataan yang baik dan penuh hormat
· Mendo’akan keduanya

Perlu diingat bahwa ketaatan kepada orang tua tidak boleh dalam hal-hal yang bertentangan dengan syari’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan,

“Tidak boleh seseorang taat kepada siapapun (makhluk) dalam hal berbuat maksiat kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.” (HR. Ahmad 5/66, Hakim)

Jadi gambaran durhaka kepada orang tua yaitu anak tidak taat kepada mereka dalam hal yang ma’ruf (sesuai sayari’at).

Menurut para ulama, tanda anak durhaka itu ialah:
· Anak yang tidak mau tahu hak-hak orang tua,
· Tiadk mau mendengar nasihat mereka bahkan menjelekkannya,
· Anak yang tidak mau membantu orang tuanya yang miskin padahal dia mampu,
· Berkata kasar, membentak, memukul,
· Selalu mengeluh dan membengkit-bangkitkan pemberiannya,
· Memaksa kedua orang tuanya agar memenuhi kebutuhan dirinya. (As-Suluk Al-Ijtima’i fil Islam, al-Kabair, Buyut La Tadkhuluhal Malaaikah)

Anak yang durhaka tidak hanya mendapatkan siksa di akhirat, akan tetapi di dunia pun dia akan mendapatkan balasan buruk sebelum mati, berupa kehinaan, kefakiran, dan ditimpa berbagai macam penyakit. (Buyut La Tadkhuluhal Malaikah, hal. 35)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ada dua perbuatan yang Allah segerakan siksanya di dunia yaitu melewati batas-batas Allah (zalim) dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Hakim; Lihat Shaih Jami’us Shaghir, 2810)

b. Wanita yang Menyerupai Laki-Laki

Pada zaman sekarang sekarang ini, media massa selalu membesar-besarkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, dengan istilah emansipasi. Para wanita menuntut agar haknya disamakan dengan laki-laki, padahal agama Islam telah mengatur bahwa laki-laki berbeda dengan perempuan. Firman-Nya:

“Dan laki-laki itu tidak sama dengan perempuan.” (Ali Imran: 36)

Wanita sekarang menuntut ingin sama dengan laki-laki dalam segala hal, baik dalam lapangan kerja, pakaian, hak waris, maupun dalam masalah lainnya. Akibatnya, terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat. Merekamulai cenderung berorientasi pada materi. Setelah kesempatan kerja terbuka luas bagi wanita, mereka menjadi senang bertabarruj (buka aurat), menampakkan perhiasan dan auratnya serta mulai memakai pakaian yang tipis dan ketat. Mereka pun senang dan terbiasa berpakaian serupadengan laki-laki. Menurut mereka, :Ini adalah tuntutan profesi (karier)!!!???” Subhanallah.

Tahukah mereka bahwa Allah dan rasul-Nya melaknat wanita yang menyerupai laki-laki dan sebaliknya? Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alalihi wasallam telah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang mwmakai pakaian laki-laki. (HR. Abu Dawud, ahmad, Ibnu Majah, Hakim, dan Ibnu Hibban)

Dari Abdullah bin Amr radhiallallhu ‘anhu, ia berkata: aku pernah mendengar Rasululah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Ahmad 2/199-200, Thabrani,abu Nu’man dan Bukhari dalam kitab Tarikhnya)

c. Dayyuts

Golongan ini adalah orang –orang yang membiarkan terjadinya kemungkaran di rumah tangganya. Firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-tahrim: 6)

Para ulama salaf menjelaskan makna jagalah dirimu dan keluargamau dari api neraka, sebagai berikut:

1. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Beramallah dengan taat kepada Allah, takut berbuat maksiat, dan perintahkan keluargamu agar ingat hokum-hukum-Nya, niscaya Dia akan menyelamatkanmu dari api neraka.”

2. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: “Ajarkanlah akhlak dan kebaikan budi pekerti kepada mereka.”

3. Mujahid rahimahullah berkata: “takutlah kepda Allah dan nasihatilah keluargamu supaya bertaqwa kepada-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 4/412-413)

Ayat di atas mewajibkan seorang suami atau kepala rumah tangga bertanggungjawab dalam rumah tangganya. Seorang bapak atau suami merupakan orang pertama dalam rumah tangga yang harus berusaha agar rumah tangganya damai, tenteram, dan penuh rahmat Allah. Untuk itu, diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh.

Terkadang seorang bapak mempunyai cita-cita seperti itu namun salah mengambil jalan sehingga cita-citanya tidak terwujud.

Karena itu, tarbiyyah (pendidikan) dan pembinaan rumah tangga harus mendapatkan priorotas utama. Seorang bapak harus berupaya membina isteri, anak, dan keluarga yang terdekat semisal mengingatkan mereka untuk shalat.

Jika seorang bapak atau suami bersikap diam dan merasa aman terhadap isteri dan anaknya yang sudah terperangkap dalam adat jahiliyah, atau telah melanggar syari’at Islam, maka suami atau bapak seperti inilah yang dinamakan dayyuts.

Sikap suami yang membiarkan isteri dan anaknya berbuat kejelekan dalam rumah tangganya sangat berbahaya. Ia membiarkan anak dan isterinya meninggalkan shalat, membiarkan mereka mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram. Ia menganggap baik perbuatan keji, zina beserta sarana yang membawa kepada zina. Ia tidak merasa cemburu pada perbuatan isteri dan anak-anaknya, bahkan ia membiarkan mereka berbuat maksiat. Maka, kelak dia akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah di hari kiamat.

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketauhilah, kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Penguasa adalah pemimpin atas rakyatnya dan bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang perempuan juga pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab atas itu semua, seorang hamba sahaya bertanggung jawab terhadap harta tuannya.” (HR. Bukhari, Muslim, ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi.)

Read More......

Rabu, 10 Juni 2009

jubah syurga bidadari sholehah

Sahabatkufillah, hiasilah paras cantikmu dengan balutan jilbab
-Setetes Embun Surga nan Menitiki Bumi-
“Salam, salam terindah para penghuni langit untuk bidadari dunia yang mengenakan ’jubah keimanan, ketakwaan, dan keqanaahan (jilbab).
Salam penghuni surga untuk pesona yang memendar dalam balutan jubah langit (jilbab).
Salam cemburu bidadari langit, atas terbungkusinya pendar auratmu.”
-Sebagai Pengingat Jiwa-
Setetes tinta kata, segumam desah taushiyah pengingat (nasihat) takkan memengaruhi jiwa, pabila jiwa dan akal insan masih berkuasa di hatinya sebagai pembenaran semua perbuatannya (akal sebagai standar hukum), akal inilah yang disusupi sifat licik dari asy syaithan (kebatilan, kebodohan) ia ’kan selalu mengajak dan memurukkan manusia untuk senantiasa menuju jalan kekeliruan yang menjauhkan manusia ke setapak jalan Ilahi dan menjatuhkan manusia ke dalam lembah kenistaan.
Sejatinyalah, potensi akal manusia ialah ’tuk memahami dan mencerapi Ayat-ayat Langit (AlQur’an) baik Ayat kawliyyah (perkataan, termaktub dalam Al Qur’an) dan maupun ayat kawniyyah (fenomena keindahan semesta alam, hidup, dan kehidupan) dan yang mengikuti petunjuk hidup Rasulullah saw (As Sunnah) baik Qauli (perkataan), Fi’li (perbuatan) dan Taqrir (diamnya Nabis saw).
Terkemudian, setelah akal tunduk kepada Kitabullah (AlQuran) dan As Sunnah, insya Allah, cahayawi iman akan menyilau, merasuk, dan menyemikan kuncup bunga cinta di taman fithrah manusia.
Dan tersungguhlah, cahayawi petunjukNya takkan termampu menyentuh bilik jiwa, pabila manusia masih ternaungi sifat sombong dengan kebenaran yang datang dari Allah, cahaya taufikNya pun enggan dan takkan meluruh turun ke bumi pabila manusia masih meng-agung-agungkan akalnya.
Lisan tersuci Rasulullah saw:. bertutur,
”...Kesombongan itu adalah penolakan terhadap kebenaran dan pamer terhadap manusia.” (HR Muslim, Abu Daud dan at Tarmidzi)[1]
Sungguh, begitu beruntunglah insan yang memercayai isi dan kandungan AlQur’an. Inilah sebuah Kitab (AlQur’an) sebagai KOMPAS (pegangan) arah hidup dan juga pegangan jiwa dalam mengarungi bahtera kehidupan yang tersementara, bagi setiap muslim di muka semesta raya.
Sungguh! Menanglah, selamatlah, dan berbinarlah senyum manusia kelak di Hari Akhir, manakala AlQuran telah menjadi jalan dan bahagian detak nafas hidupnya.
-Tetaplah Menjadi Bidadari yang Tercantik di Hatiku-
Kecantikan paras bukanlah untuk ditebarpesonakan kepada manusia yang belum memiliki hak untuk melihat dan menikmatinya (suami).
Pesona paras adalah nikmat, rakhmat dan anugerah terindah Allah yang harus dijagai dengan kesucian hati. Hingga, menanti dengan degub-degub penantian hati, siapakah sesosok pangeran jiwa yang akan melongok beranda hati dan taman cinta fithrahmu?? Tentunya sesudah akad dan ijab qabul nikah terdesah. Ia-lah (suami) yang berhak menikmati pesona kecantikanmu (mengecup wanginya aroma) sang bidadari shalihah.
Ialah yang berhak mencintamu dengan ketulusan jiwanya. Inilah cinta tersuci itu, cinta nan dibaluti ridha ilahi. Cinta yang memuara oleh kerinduan ’tuk mereguk pahalaNya. Bukan cinta fashiyan (cinta merusak yang dimurkaiNya).
Kecantikan sejati, adalah pesona akhlak jiwa yang membias oleh sikap pasrah akan perintahNya dan berlari engah menjauh dari apa-apa yang dilarangNya.
-Secarik Kain yang Menebarkan Pesona-
Sebutlah ia dengan Kerudung Surga

Allah swt. Berfirman:
”Dan hendaklah mereka (perempuan beriman) menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS an Nuur 31)

Ada dua hikmah yang bisa dipetik buah ilmu dari ayat di atas:
Pertama: bahwa leher dan dada adalah aurat wanita yang wajib ditutupi.
Kedua: bahwa wajiblah hukumnya menutupkan/mengulurkan kain kerudung ke atas leher dan dada. Jadi, kerudung tidak hanya menutupi dan berfungsi sebagai penutup kepala, namun sekaligus juga menutupi leher dan dada itu.
Sebagai catatan kecil di bilik ilmu:
Kerudung tidak boleh diikatkan ke belakang (kerudung gaul ala artis dan para Ustdzah di TV). Kerudung harus memfungsikan dirinya sebagai penutup leher dan dada.
-Jilbab Muslimah Perindu Surga-
Lho, apa bedanya Kerudung dan Jilbab, Sih?
Definisi kerudung sudah tertulis di atas, berkenankah Ukhti membacanya?
Sedang Jilbab, ialah: Milfahah (baju kurung yang longgar atau gamis yang tidak tipis/tidak tembus pandang) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh.[2] Plus dengan kaus kakinya (karena yang boleh tampak hanyalah pesona muka dan telapak lembut jemarinya wanita).
Dalam kamus ash-Shihhah, al Jawhari menyatakan:
”Al jilbabu al milfahatu waqiila al mulaah”
”Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milfahah) yang sering disebut mula’ah (baju kurung/gamis)”[3]
Dari Ibn Abbas ra. Menyatakan:
”Jilbab adalah kain luar yang berfungsi untuk menutupi (pakaian keseharian wanita) dari atas sampai bawah.”
”Janganlah mereka (perempuan beriman/mukminah) menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak pada dirinya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS an Nuur 31)
”Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (QS Al Ahzab 59)
Dari ’Aisyah ra. Rasullullah saw, mensabdakan,
”Keponakan perempuanku pernah masuk ke ruanganku seraya bersolek. Rasulllah saw. Kemudian masuk pula ke ruanganku sambil berpaling (memalingkan muka). Aku lantas berkata, ”Wahai Rasulullah, ia adalah keponakan perempuanku, dan ia masih kecil.” akan tetapi Rasulullah saw. Bersabda, ”Jika seorang wanita telah mengalami haid, ia tidak boleh menampakkan tubuhnya, kecuali wajah dan ini, ”Beliau berkata demikian sambil menggenggam tangannya dan membiarkan jari-jemarinya saling menggenggam satu sama lain.” (HR Abu Bakar)

Tersimpulkan benang suci hikmah, bahwa:
1. Muslimah, diwajibkan untuk mengenakan kerudung (yang menutupi leher hingga bawah dadanya) dan mengenakan jilbab/milfahah yang menutupi tubuhnya kecuali, wajah dan telapak tangannya. Wajah dan telapak tangan wanita bukanlah aurat, oleh karena itu, seorang wanita boleh keluar menuju pasar (bekerja di kantor) atau berjalan di tempat umum atau menuju tempat mana pun dengan menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya.
2. Muslimah dikenakan taklif (beban hukum) untuk mengenakan jilbab dan kerudung pabila ia telah keluar darah haid/menstruasi (dewasa). Perkara wajib ini pabila ditinggalkan oleh mukminah, ia kelak akan dikenai azab di Akhirat. Lebih berat lagi, setelah ia mengetahui hukum wajib mengenakan jilbab dan kerudung, tapi ia menunda-nunda untuk melaksanakan kewajiban itu. Entah, dengan alasan tempat kerja, tidak nyaman, malu, ingin mengenakannya kalau sudah ber-haji, hanya bercita-cita ’kan mengenakan jilbab kalau sudah taubat (lha emang kamu tahu kapan Malaikat Izrail mengetuk ruhmu??? Lha kalau ia menjemputmu malam ini, bagaimana? Dan kebetulan kamu belum berjilbab dan berkerudung sesuai syar’i? Apa alasanmu kelak di hadapan Allah Azza wa Jalla???
3. Kerudung (khimar) tidak boleh diikat ke belakang, seperti kerudung gaul ala artis dan para ustadzah di TV. Karena kerudung bukan untuk ditebarpesonakan untuk orang. Jika diikat ke belakang leher, lalu apa fungsi mengenakan kerudungnya itu?
4. Bidadari shalihah (mukminah) yang mengenakan jilbab, ia tetap bisa menuntut ilmu (belajar) atau pun bekerja (meraup rizki nan halal) pun meski ia mengenakan kerudung dan jilbab. Tidak ada satu pun ayat dalam AlQur’an yang memaktubkan dan menyebutkan bahwa wanita dengan berkerudung dan berjilbab, tidak boleh bekerja (di kantor), ke pasar (belanja) atau ke kampus, sekolah (belajar).
5. Mengenakan jilbab dan kerudung bukan untuk ber-tabarruj (memamerkan diri) jenis, kain, modelnya. Tapi, berkerudung dan berjilbab adalah untuk mentaati seruan Allah swt.
6. Jilbab dan kerudung tidak boleh tipis (transparan) yang bisa memerlihatkan lekuk dan bentuk tubuh dan kulit mulus wanita.
7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki (sudah jelas jilbab berbeda pengertiannya dengan pakaian lakilaki)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw mensabdakan:
”Rasulullah saw. Melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria.” (HR Abu Dawud)

Dari Abdullah Ibn Amru, Rasulullah saw. Bertutur:
”Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupai wanita.” (HR Ahmad)
8. Tidak berwarna mencolok (misal, merah cerah/menyala) yang bisa menarik perhatian laki-laki atau orang.
9. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
Ali ra, berkata:
”Janganlah kalian memakai pakaian para pendeta, karena barangsiapa mengenakan pakaian mereka atau menyerupakan diri dengan mereka, bukan dari golonganku.” (At Thabrani)
10. Dipakai bukan untuk memamerkan diri (riya’). Niat bersih mengenakan jilbab dan kerudung, hanya karena Allah semata dan untuk meraup langit ridhaNya.
11. Tidak diperkenankan dilumuri wewangian (parfum).

Dari Abu Hurairah,
”Bahwasannya seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian menerpanya. Maka Abu Hurairah berkata: ”Wahai hamba Allah! Apakah kamu hendak ke masjid?” ia menjawab: ”YA!” Abu Hurairah kemudian berkata lagi: ”Pulanglah, lalu mandilah karena sesungguhnya aku telah mendengar rasulullah saw. Bersabda: Jika wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangiannya mengembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi (baru kemudian shalat ke masjid).” (HR Al Baihaqi)
Dari Abu Musa Al Asy’ari, Rasulullah saw. Mensabda:
”Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.”
(HR an Nasai)
Tentu saja hadits ini bukan untuk pembenaran, bahwa kaum wanita tidak boleh melumuri tubuh dan pakaiannya, berias diri dan mewangikan tubuhnya. Seruan hukumNya ini adalah khusus untuk mukminah yang keluar dari rumah (kerja, belajar, shopping). Pun ia masih bisa mengenakan deodoran (yang tak berbau/berbau netral) untuk menghilangkan aroma keringatnya. Larangan melumuri wewangian ini biasanya dipelintir oleh kaum aktivis jender untuk menyerang Islam, mereka berteriak-teriak dengan muka gila, bahwa Islam itu jorok, Islam itu tak memerhatikan kebersihan wanita. Islam itu terlalu kolot.
Dalam kehidupan khusus (di rumah) mukminah malahan di anjurkan untuk merias dirinya secantik bidadari, memakai wewangian terharum yang dipunyai, berlulur, mandi susu, mandi madu, asal tidak mandi arak saja he-he-he. Bersoleklah sekelas dan semolek Dian Sastrowardoyo, seanggun Luna Maya, selincah Sandra Dewi dll. Tapi, ini hanya ’terkhusus’ dan ’tersembahkan’ untuk sang suami tercintah, agar kuncup cinta di antara suami isteri selalu merekah dan menyemi dengan kecupan barakahNya. Nah, Islam itu indah, bukan??
Sedangkan wewangian untuk pria. Hukumnya sunnah, karena ini mengikuti perilaku Nabi saw. yang menyukai wewangian. Sebagai catatan, parfumnya tidak boleh atau ’diharamkan’ mengandung alkohol. Jangan jadikan ini sebagai alasan perbedaan hukum, jender, bahwa Islam itu tak adil (diskriminatif).

Dari Anas ra. Rasulullah mensabda:
”Rasulullah saw. Bersabda, ’Inilah antara kesenangan-kesenangan duniawi yang saya sukai, yaitu wanita dan wangi-wangian, sedangkan ketenanganku terletak pada kala mengerjakan shalat.”[4]
(HR Ahmad dan an Nasai)

Dari Abu Sai’d ra.
”Nabi saw. Memberikan komentar mengenai minyak wangi kesturi. Kata beliau’ Ia adalah wangi-wangian yang terbaik.”[5]
(HR Jama’ah kecuali Bukhari dan Ibnu Majah)
12. Bukan untuk mencari popularitas (libas Syuhroh). Memakai jilbab bukan untuk mencari rizki, atau supaya terkenal dengan pakaian berbeda. Tapi, ini sematalah sebentuk cintamu untuk taat perintahNya.

Kenapa sih engkau harus mengenakan Jilbab?
1. Untuk meredam daya tarik tubuh wanita yang memang luarbiasa memesona pria.
2. Jilbab dan kerudung adalah resep sederhana dan untuk mengangkat derajat wanita menjadi permata mulia di mata Allah.

”Hendaklah kamu mengulurkan jilbabmu ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu...” (QS Al Ahzab 59)
3. Simbol penghambaan diri sosok muslimah kepada Allah swt (pantulan cermin takwa dan iman).
4. Menjagai hal-hal yang tidak diinginkan (pelecehan seksual, pemerkosaan) lirikan para pria bermata binal.
5. Sebagai pembeda antara Muslimah dan wanita kafir.

Sebagai Catatan Pengukuh Jiwa:
Jilbab dan kerudung hanya dikenakan di dalam kehidupan umum (interaksi sosial di luar rumah) seperti kala mau ke kantor (bekerja), ke kampus, sekolah (belajar) belanja atau shopping (muamalah).
Sedang dalam kehidupan khusus (di dalam rumah) wanita muslimah hanya dikenai kewajiban untuk menutup aurat, ada ketentuan bahwa, seorang wanita hidup bersama wanita atau bersama laki-laki mahram-nya (yang haram dinikahi), wanita ini terboleh untuk menampakkan bagian anggota tubuh di tempat melekatnya perhiasan.[6]
Sebagai Cermin nan Membiaskan Seberkas Cahaya Iman:
Inilah keindahan pesona Islam...

Islam tak pernah memasung wanita di gubuk derita dan derai kesunyian seperti ujaran kaum feminis Barat (Fatimah Mernisi, Aminah Wadud) dan juga para pengasongnya di Indonesia (aktivis jender, Siti Musdah Mulia, Sinta Nuriyah Wahid, Djenar Maesa Ayu) yang mencobai menjauhkan kaum muslimah jauh dari ajaran Islamnya nan sempurna dan paripurna.
Mereka (aktivis jender) dengan dalil-dalil akalnya adalah sesosok ’berwajah, berotak setan’ namun berujud manusia, yang mencoba merusak pemikiran muslimah, karena mereka tahu dalam Islam, muslimah adalah:
”Laksana sebuah tiang negeri!”
Hm, sungguh gelar yang begitu terhormat dan terindah bagi wanita.
Ehm, sungguh mulia-lah para wanita di hadapan Islam.
Jika ingin melihat negeri itu barakah, lihatlah wanitanya. Apabila wanitanya baik (taat perintah Allah) memakai jilbab dan kerudung, patuh kepada suami, mencari rizki nan halal maka, baiklah negeri itu, full barakahlah sebuah negeri itu.
Tapi, manakala wanitanya telah rusak, suka minum bir, tequilla, margarita cokctail, kala malam istiqomah dugem di cafe, Night Club, pacaran menjadi kebiasaan (pergaulan bebas) lihatlah kerusakan dan tunggulah saja azab (murka) Allah akan menimpa dan turun ke negeri itu dengan membadai melalui tangan KuasaNya, seperti, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir. Itulah peringatan (ayat-ayat langitNya) agar manusia kembali ke fithrah aslinya (iman).
-Agar Engkau Ingat dengan Janji Rindumu Dulu-
Inilah sumpah rindusetia-mu:
Kutuliskan pabila engkau lupa atau melupainya:
“Dan ingatlah manakala Tuhanmu mengeluarkan anak cucu Adam dari tulang-tulang belakang mereka, dan dijadikan-Nya mereka saksi atas diri-diri mereka: “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Mereka berkata:”Betul, kami menyaksikan”. (Al A’raf 172)
Seiring berputarnya sang waktu, engkau pun lupa atau entah melupa,
Akan janji rindu dan sumpah setia kepada-Nya
Hingga lisan indah Rasullah saw. mensabdakan: Dari Ibnu Abbas r.a., “Sesungguhnya manusia disebut insan,
karena ia telah berjanji kepada-Nya lalu ia lupa (nasiya).”

Sahabatkufillah, sang Bidadari Shalihah!
Berkenankah engkau, pabila engkau terlupa dengan janji rindu setiamu dulu, kini engkau memerbaiki diri, kembali menata janji hati, tuk mengecup ridha Ilahi???
“Tak ada kata terlambat pabila jantung masih berdetak,
nafas masih terembus
dan nadi masih mendenyut-denyut.
Usapilah karat dosa dengan derai airmata taubat nasuha
(taubat sesungguhnya)
Sungguh, pintu maafNya, lebih luas dari langit dan bumiNya
Pun meski dosa manusia laksana buih-buih di lautan.”
“Ehem, nasi belumlah menjadi bubur,
tanaklah ia dengan keimanan,
hiasilah dengan garnish ketakwaan
masaklah dengan api ketawadhu-an
dan bumbuilah ia dengan:
kelezatan pesona JILBAB dan KERUDUNGMU”

Inilah pinta doaku,
Sosok sahabatmu
Yang namanya tak pernah terlukis di benakmu
Tak terbayang dalam imajimu
Tak terukir di keping hatimu
Tapi, ia ada, ia sungguh ada
Ia selalu menjagaimu
”Karena ia cinta kepada saudarinya”
Begitulah, sebentuk cinta sesama muslim
Bukan cinta semu di ranah imaji belaka
Hanya satu pinta, hanya satu, Kok
Berkenankah engkau meluluskannya???
”Ukhti! Menjadilah Bidadari Shalihah
dengan pesona kerudung dan jilbabmu!”
”Sebagai Pengingat, bahwa
’Bidadari begitu Cemburu’ Padamu!
Agar engkau dinaungi Semangat”
Terkesankan dan bergemetargemuruhlah dinding jiwaku, kala kusesap dan kuteguki sebuah hadits indah dari Ummu Salamah radhiyallahu anha;
Berkenankah engkau membacanya, meresapinya???
”Saya bertanya, Duhai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Lisan suci dan agung itupun bertutur menjawab,”Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya,”Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab,”Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata,’Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya’.” (Hr. Ath-Thabrani)[7]
Aha!
Sungguh membahagialah sang Bidadari dunia itu.
Kamu termasuk kah???..
Sungguh tercemburuilah bidadari tujuh lapis langit-Nya untukmu.
”Sesapan Madu di Akhir Perjamuan”
Tulisan ini bukanlah termaksud untuk mengadili,
atau menjustifikasi siapa pun.
Tulisan ini hanyalah sebuah cermin jiwa,
ia akan memantul pabila hati telah tersentuh oleh semilir sepoi angin Rahman-Nya
dan selembut hangat kecupan Rahim-Nya.
Ia kan menyentuh jiwa para perindu Rabb-nya
Ia kan memantul dengan pesona baru: Bidadari Shalihah
Tulisan ini hanyalah sebagai alarm pengingat,
bahwa nafas manusia ada keterbatasan,
dan manusia mana pun tak kan tahu kapan jemputan maut (malaikat Izrail) itu akan mengetuk pintu rumahmu (mencabut ruhmu).
Persiapkanlah hari abadi itu dengan amalan dan bekal,
seluas samudra
setinggi gunung Himalaya,
agar kita kelak selamat
dan menikmati secawan madu segar murni nikmat
di Taman FirdausNya nan abadi dan melezat
Pun jika, engkau kelak mengenakan kerudung dan jilbab
Itu bukanlah terkarenakan oleh tulisan ini
Tapi, ada sepercik cahayawi hidayah imaniNya
Yang meluruh turun ke bumi
Menyirami bumi fithrahmu
Menyemaikan kuncup bunga cintamu untukNya
Waallahu a’lam bi ash- shawab

(hanya Allah sajalah nan mahatahu dan mahabenar)
Allaahu Muwaffiq
(hanya Allah sajalah nan mahamemberi petunjuk)

Sahabatmufillah,
Yang tak perlu engkau ketahui namanya
Karena ia juga hamba dhaif (lemah) sepertimu
Ia masih belajar sepertimu


Referensi:

1. KH. M. Shiddiq Al Jawi, ”KERUDUNG WAJIB DIULURKAN KE ATAS DADA, TIDAK BOLEH DIIKAT KE BELAKANG ATAU DIMASUKKAN KE DALAM BAJU.” Makalah kajian rutin Senin, Ma’had Taqiyuddin An Nabhani Jogja. Lihat, www.khilafah1924.org
2. KH. M. Shiddiq Al Jawi, hukum ”LAKI-LAKI PAKAI DASTER” Makalah kajian rutin Senin, Ma’had Taqiyuddin An Nabhani

Read More......

Senin, 08 Juni 2009

Milad Ku

~ Ilalang nan Rapuh ~

Telah datang kabar petang
dengan datangnya kegelapan
telah benderang kabar pagi
dengan cahayawi mentari
Telah lewat musim gugur
berganti musim semi
Telah berdesakan sejumput rambut putih
diantara kelebatan rambut kegelapan
telah berganti musim kemarau dan musim penghujan
adakah engkau ingat nikmat umur yg telah terberikan?
bekal apakah yg sudah dibungkuskan?
tuk di bawa di Sidang Pengadilan
alam keabadian
Bersyukurlah atas desah nafas
dan ruh nan masih hinggap di badan

TAsikmalaya, 9 Juni 2009
created by Sahabatku Fillah ~ Apuk Gading ~


akhirnya syukur alhamdulillah hari ini adalah hari dimana tanggal dan bulan lahir ku bertemu kembali,.,.,subhanalloh alhamdulillah selama ini aku hanya bisa mensyukuri atas segala nikmat yang telah Engkau berikan pada ku, Ya Alloh betapa besar kenikmatan yang aku rasakan dari Mu, sampai sekarang aku masih bisa membawa diri ini dengan penuh kenikmatan baik nikmat lahir maupun nikmat batin,.,.,.,
subahanalloh alhamdulillah kado terindah ku saat ini adalah pemberian dari ummi ku tercinta, beliau memberikan sebuah tasbe dan al-qur'an mini yang begitu indah,.,.,mkasih ya ummi,.,.,.tak lupa juga semua teman-teman baik ku, aku terharu pada kalian, ternyata dibalik kejauhan kita tapi kalian masih mengingat dimana hari yang spesial bagi ku,.,.makasih sahabat seperjuangan ku, aku doakan kalian supaya sukses selalu dan selalu ada dalam lindungannya,.,.amin.....
Ya Alloh ya Robb.,.,.,malam tadi rasanya hatiku sunyi, tentrem dengan ditemani rembulan yang menyinari dimalam hari, suara binatang malam yang menemaniku,.,.,.aku meneteskan air mataku dan bermusahabbah diri,,,.,.Ya Alloh betapa banyak dosa yang telah aku lakukan betapa hinanya diri ini untuk memanjatkan doa dan ampunan Mu,.,.,.
Ya Alloh dengan alas permadani aku duduk, dengan kerendahan hati aku bersujud dan meminta ampunan Mu, terimalah tobat ku Ya Robb,.,.,.,.jadikan miladku sekarang adalah cermin untuk menjadikan tolak ukur tentang apa yang telah diperbuat selama setahun kebelakang,.,.,.,dan mudah-mudahan menjadikan hari ini dan hari berikutnya sampai nanti menjadi hari yang selalu digunakan dijalan ridho mu ya Robb,.,., amin,.,.,

Read More......

Minggu, 07 Juni 2009

Sehari Sebelum Milad Ku

bismillahirohmanirrohim, assalamualaikum,.,.,.
subahanalloh alhamdulillah wasyukrulillah untuk Mu Ya Robb, Maha Penguasa, Maha Bijaksana, Maha Pengampun. Maha segalanya, tiada yang mampu menandingi kebesaran Mu Ya Rob,.,.,
Ummi,.,.,, sekian lama kau bimbing aku, kau nafkahi aku, kau rawat aku, kau jaga aku, kini putramu beranjak dan bertambah usia, selama ini hamba belum bisa bikin enkau bahagia, hanya kesusahan yang hamba berikan pada mu, ampuni hamba ummi.,,.,hamba sadar selama ini hamba banyak dosa dan salahpada mu, hinggat tadi pagi kau berkata "jadilah anak sholeh yang bisa menjadi kebanggaan orang tua, bahagiakan keluarga dan saudara-saudara mu, jadilah orang yang selalu bertaqwa dan berjalan dijalan yang diridhio Alloh." dengan pelukan hangat nya ummi merangkul tubuh ku dan beliau menangis memberikan do'a untuk hamba,.,.,.terima kasih ummi, hati ku menjerit kesakitan,.,.,betapa indahnya kasih sayang ummi kepada anaknya, tapi hamba sebagai anak hanya bisa menyusahkan dirinya,saat akhirnya aku kan pergi untuk kerja ummi masih meneteskan air mata seakan dirinya masih mau terus berada disampingku, Ya Alloh betapa gak kuatnya diri ini melihat air mata kebahagiaan yang menetes pada kedua matanya, dan berkata "setelah kerja langsung pulang, ada yang mau ummi berikan untuk kamu." insya alloh aku menyautnya dengan rasa yang sedih dan gembira.,.,hingga saat ini, detik ini,, bayangan raut mukanya masih tertanam dalam benak dan pikiranku.,.,,(ummi, aku sayang kamu) kasih sayang mu akan selalu ku kenang dan tertulis abadi dalam sanubari hatiku yang paliung dalam.,..,., aku berjanji akan selalu membahagiakan mu ummi, maaf kan atas kehilafan ku yang pernah membuat mu menangis,...astagfirullohal adzim....
Ya Alloh berikan lah kesehatan untuk ummi hambamu ini Ya Robb, betapa mulianya dia,..
tak biasanya dia dipagi ini merangkul hamba, menangisi hamba, dan mendoakan hamba, yakin itu semua hamba sadar kalau ummi tau dengan miladku esok hari,.,,
sunnguh indahnya pagi tadi, dengan sinar mentari yang terbit di ufuk timur seakan memberikan kecerahan yang harus dijalani dengan penuh semangat tanpa ada kesedihan,.,.,.
Ya Alloh Ya Robb, betapa banyaknya dosa yang telah hamba lakukan, betapa jauh hambamu ini dengan Mu, ampunilah hambamu Ya Robb,.,.,bimbinglah hambamu untuk selalu beristiqomah, bertaqwa dan selalu menjunjung agama mu Ya Robb.,...amin
terima kasih ummi, abi, kedua kaka perempuan ku, kk laki-laki ku, kalian telah membimbing dan menyayangi diri ku selama ini. kebahagiaan kalian adalah bagian dari kebahagiaan hamba,.,.ku doa kan kalian supaya selalu ada dalam lindungan Alloh swt. amin,.,.,.
terakhir,.,.,.,.ummi aku akan langsung menemui mu setelah jam kerja ku habis,.,.,aku rindu kamu ummi, aku sayang kamu ummi,.,.,terima kasih untuk semuanyah,.,.,
wassalamualaikum,.,.,.

Read More......
Al-Irhab

my time


tools

Bookmark and Share

daftar pengunjung


ShoutMix chat widget

Labels

 

Copyright © 2009 by irhabi al-mubarok